Iin dan Eko Haryanto, Suami Istri Pengrajin Batik Semarangan

21.33 Edit This 0 Comments »
Modal Awal Rp 50 Ribu, Kini Beromzet Rp 6 JutaKerajinan batik Semarangan sempat mengalami mati suri. Namun sejak setahun terakhir, batik khas Semarangan kembali dikembangkan.ADALAH Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Semarang di bawah pimpinan Ny Sinto Sukawi yang memeloporinya. Istri Wali Kota Semarang ini rupanya tertantang untuk mengembalikan nama besar batik Semarangan yang dulu pernah mencapai masa keemasan.Maka, serangkaian pelatihan pun digelar dengan peserta warga yang memiliki kemauan besar untuk belajar membatik. Setelah pelatihan berakhir, tak sedikit peserta yang berhasil menguasai teknik membatik. Bahkan, beberapa diantaranya sudah berani membuka usaha mandiri.Salah satunya, pasangan suami istri Iin, 34 dan Eko Haryanto, 35, warga Kampung Batik Gedong No 437 RT 2 RW 2 Kelurahan Rejomulyo Semarang Timur. Sebelum mengikuti pelatihan, Iin memang sudah menggeluti usaha membatik sejak 2006. Namun, saat itu dirinya belum begitu paham tentang motif batik Semarangan.Iin mengaku memulai usaha dengan modal awal Rp 50 ribu. Awalnya, ibu dua anak ini hanya menerima pesanan taplak meja bermotif batik. Rupanya, para pelanggannya merasa puas dengan hasil kerjanya. Akhirnya, Iin mulai serius menekuni bisnis yang belum banyak diminati warga Semarang ini."Kemampuan saya semakin terasah setelah mengikuti pelatihan yang digelar Dekranasda di Balai RW Kp Batik Gedong. Saya jadi tahu motif-motif batik Semarangan," ujar Iin.Untuk tempat produksi, Iin memanfaatkan rumah yang ditempati saat ini. Iin juga telah memiliki merek dagang, yakni "Batik Semarang Indah". "Saya sengaja menjadikan rumah sekaligus sebagai tempat usaha agar bisa tetap dekat dan bisa mengamati pertumbuhan kedua anak saya " ucap istri Eko Haryanto ini.Iin memproduksi dua jenis batik, yakni batik tulis dan batik cap. Untuk motifnya hampir sama dengan batik Pekalongan yang menonjolkan flora dan fauna sebagai motif utama. Namun dalam perkembangannya, batik Semarangan lebih condong ke budaya China. Sedangkan batik Pekalongan lebih terpengaruh budaya Belanda. Perbedaan lain yang tampak jelas adalah dengan adanya perpaduan warna yang digunakan. "Ciri khas batik kami adalah adanya perpaduan warna yang khas, yakni biru, merah dan coklat" kata Iin yang mengaku baru beromset Rp 6 juta per bulan ini.Ciri khas lain batik yang dihasilkan Iin adalah mengusung motif icon Kota Semarang. Seperti Gedung Lawang Sewu, Tugu Muda, dan buah Asam. Motif-motif inilah yang akhirnya menjadikan batik Iin sebagai ciri khas batik yang berasal dari Semarang. "Saya sengaja menambahkan icon Kota Semarang seperti Lawang Sewu, Tugu Muda maupun buah asam sebagai motif yang menunjukkan ciri khas batik dari Semarang" jelas wanita kelahiran Magelang ini.Selain icon Semarang, Iin juga memodifikasi hasil karyanya dengan motif burung merak, sriti dan bunga sepatu.Untuk mengenalkan produknya itu, Iin rajin mengikuti pameran di beberapa kota atas prakarsa Pemkot. Diantaranya, pameran di Bali, Batam, Banjarmasin, Pontianak dan Jakarta.Di kampung Batik Gedong sendiri sebenarnya ada lima pengrajin batik. Namun baru dua orang yang memutuskan untuk menjalankan usaha mandiri, yakni Iin dan Elisabet. Sedangkan tiga pengrajin lain, yakni Ny Anis, Endang dan Eva masih memutuskan untuk menjalankan usaha secara kelompok. Mereka mengerjakan usaha dengan menggunakan balai RW Kampung Batik Gedong.

contoh gambar:

0 komentar: